15 July 2012

Cita Indah Pertamaku

Memang tiada indah yang pernah terasa kala malam minggu menyapa. Bukan tak suka tapi karena tak punya, tak punya kemampuan, juga tak punya penghasilan, sepertinya itu yang menjadi alasan kuat kenapa aku tak berada diluar rumah saat malam yang katanya malam panjang itu menyapa. Begitu pilu saat ingatan ini tertuju ke masa yang lalu saat aku berdua dalam ikatan cinta, aku tak pernah merasakan menjadi dirinya yang pasti sedih dan kesepian tanpa kehadiranku disisinya malam itu. Kisah itu pun punah karena semua malam tak memberikan kami kesempatan.. Yahh...., itu telah berlalu dan banyak penyesalan yang kurasa.. maaf dan sesal telah banyak ku ungkap di blog ini, semoga dia dan Tuhan memahami dan memaafkan atas sikapku.
Satu malam minggu yang baru saja ku lewati, meski aku mencurahkan keluh di post sebelum ini, rupanya aku bisa mengambil hikmah sekarang. Terinspirasi oleh sahabatku cimut, aku kembali berfikir bukan hanya aku yang malam minggu tadi tak bersama pasangan, tetapi sahabatku cimut juga sama sepertiku. Aku juga tak pernah melihat dia pergi malam mingguan dengan seseorang walau aku tahu dia punya kekasih. Bedanya kalau aku tak memiliki pasangan tetapi dia dilarang keluar keluarganya. Namun ada persamaannya, kami melakukan hal positif meski berbeda jenis kegiatan, kami sama-sama lapar malam tadi dan sama-sama makan walau hanya makanan sampingan yang dia buatkan untukku juga. Hal yang paling ku kenang adalah airmatanya yang sama mengalir hanya karena mengingat orangtua, ternyata bukan hanya aku yang tiap saat mengingat orangtua dan menangis.. dia juga merasakannya bahkan lebih cepat dia menangis, mungkin karena tingkat emosional kami berbeda. Diantara kami juga bukan lahir dari keluarga priyayi, saudagar atau bangsawan.. Kami pernah makan nasi dengan lauk hanya dengan sepertiga porsi telor ayam dengan kata lain satu telor ayam untuk 3 orang.. dan yang lebih memprihatinkan mungkin benar dia dan keluarganya pernah makan hanya dengan kecap manis tetapi yang pernah dan sering ku alami dulu adalah aku dan keluargaku makan hanya dengan garam meja. Kami pernah merasakan masa yang pahit dan kini khususnya aku bisa membayangkan begitu sedihnya saat harus melihat makanan yang terbuang sia-sia.
Aku bangga dengan cimut dan juga diriku sendiri akan tetapi aku tetap memiliki banyak tujuan dan keinginan yang ingin terwujud. Banyak kisah yang ku lalui dengan sedih dan alangkah bahagia jika sesuatu yang indah dan pertama kali kurasakan bersamanya seiring juga dia rasakan untuk yang pertama kali, mungkin dapat ku bandingkan satu keindahan terasa dua kenikmatannya. Aku ingin lalui hidup dengan penuh cinta, kejujuran, ketulusan, kesetiaan dan semua hal yang aku beri dan aku dapat darinya adalah keikhlasan dua hati satu rasa. Aku takkan menunjuk siapapun perempuan yang akan ku cintai saat ini, aku hanya akan berusaha menjadi pribadi dari seorang laki-laki yang baik dan bertanggung jawab untuk diri sendiri, keluarga maupun pekerjaan.. di waktu yang tepat mata hatiku tertuju pada seseorang disitulah aku akan menunjuk dan aku berharap dia benar pendampingku.

No comments:

Post a Comment

Gunakan bahasa yang sopan